PIJAT OKSITOSIN
A. Landasan Teori
1. Air
Susu Ibu (ASI)
a.
Definisi ASI
Air Susu
Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan
protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae
pada manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh
yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih
(Siregar, 2006).
ASI adalah satu jenis makanan
yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial
maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan,
anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
zat makanan (Hubertin, 2007).
b.
Komposisi ASI
ASI yang
pertama keluar disebut dengan fore milk dan selanjutnya disebut dengan hind
milk. Fore milk merupakan ASI awal yang banyak mengandung air,
sedangkan hind milk lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak
(Roesli, 2002). Pernyataan ini juga didukung oleh Suraatmaja (1997) bahwa
komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu karena komposisi
dipengaruhi stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi.
Kandungan
yang terdapat dalam ASI diantaranya :
1)
Kolostrum
Adalah ASI yang keluar pada hari
pertama dan kedua setelah melahirkan, berwarna kekuning-kuningan dan lebih
kental, lebih banyak mengandung protein dan vitamin berfungsi untuk melindungi
bayi dari penyakit infeksi.
2)
Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama
dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Jumlahnya
meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan) (Badriul,
2008).
3)
Protein
Protein berguna untuk pembentukan
sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan protein ASI cukup tinggi dan
komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein
dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan susu formula
(Badriul, 2008).
4)
Taurin
Adalah suatu bentuk zat putih
telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro
transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
5)
Lemak
Lemak berfungsi untuk pertumbuhan
otak bayi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%.
6)
Mineral
Zat besi dan kalsium di dalam ASI
merupakan mineral dan jumlahnya tidak terlalu banyak dalam ASI. Mineral ini
berfungsi sebagai pembentukan atau pembuatan darah dan pembentukan tulang
(Soetjiningsih, 1997).
7)
Vitamin
a)
Vitamin
K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan (Badriul, 2008).
b)
Vitamin
D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D
juga berasal dari sinar matahari.
(Badriul, 2008).
c)
Vitamin
E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah
(Badriul, 2008).
d)
Vitamin
A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh,
dan pertumbuhan. (Badriul, 2008).
e)
Vitamin
B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan terdapat dalam
ASI (Badriul, 2008).
8)
Zat Kekebalan
Zat kekebalan terhadap beragam
mikro-organisme diperoleh bayi baru lahir dari ibunya melalui plasenta, yang
membantu melindungi bayi dari serangan penyakit.
c. Fisiologi
Laktasi
Laktasi
atau menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Laktasi atau menyusui
mempunyai dua pengertian yaitu produksi (pembuatan) dan pengeluaran ASI
(Ariani, 2010).
1)
Produksi
(pembuatan) ASI
Keadaan
saat hamil membuat hormon prolaktin meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar
karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang begitu tinggi. Hari kedua atau
ketiga setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis
sehingga pengaruh prolaktin lebih besar.
Alveoli
mulai menghasilkan ASI saat kadar estrogen dan progesteron turun. Mekanisme ini
yang membuat produksi ASI seorang ibu akan optimal dalam waktu sekitar 72 jam
setelah melahirkan. Menyusui bayi setelah melahirkan sangatlah penting karena
dengan menyusui lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah
prolaktin sehingga pembuatan ASI semakin lancar.
2)
Pengeluaran
ASI
Pengeluaran
air susu dari payudara adalah faktor penting dalam kelanjutan produksinya,
terdapat bahan kimia dalam ASI yang dirancang untuk menghentikan produksi ASI
jika tidak digunakan, jika ASI yang sudah diproduksi tidak diisap atau
dikeluarkan dari payudara dalam waktu yang lama, bahan kimia (penghambat) atau inhibitor
16 autokrin ini akan menghentikan sel-sel pembuat ASI memproduksi
ASI.
Bayi yang
sudah berusia lebih dari 6 bulan dan akan diberikan makanan tambahan reflek
prolaktin akan terhenti, sekresi ASI pun akan terhenti. Alveoli akan meluruh,
kemudian seiring siklus menstruasi alveoli akan terbentuk kembali. Mekanisme
ini mencegah penuhnya payudara yang diperlukan ketika bayi berhenti menyusu
atau tidak menyusu sama sekali.
Proses
menyusui ataupun diperah untuk mengeluarkan ASI inhibitor autokrin tetap
dikeluarkan sehingga produksi ASI terus berlanjut. Intensitas yang tinggi pada
bayi untuk menyusu maka semakin banyak ASI diproduksi, sebaliknya jika semakin
jarang bayi untuk menyusu makin sedikit payudara menghasilkan ASI.
d. Hormon
dan refleks menyusui
ASI
diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama
kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu
untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia
kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara
mulai memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua
refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan
jumlah yang tepat pula (Bobak, 2005). Dua refleks tersebut adalah :
1)
Refleks
Prolaktin
Refleks pembentukan
atau produksi ASI. Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah.
Prolaktin memacusel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap
makin banyakprolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang
diproduksi oleh sel kelanjar, sehingga makin sering isapan bayi, makin banyak
produksi ASI, sebaliknya berkurang isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang.
Mekanisme
ini disebut mekanisme “supply and demand”. Efek lain dari prolaktin yang
juga penting adalah menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek penekanan ini
pada ibu yang menyusui secara eksklusif adalah memperlambat kembalinya fungsi
kesuburan dan haid. Dengan kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat
menunda kehamilan.
2)
Refleks
oksitosin
Reflek
pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah diproduksi oleh
sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan
dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di
sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab
otot-otot itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakan oksitoksin.
Rangsangan
isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk
melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yang
mengelilingi alveoli dan duktuli untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI
dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering
menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara
bengkak), tetapi justru memperlancar pengaliran ASI.
Gambar
2.1 Reflex Oksitosin
Selain
itu oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat
keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Hal penting
adalah bahwa bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan
refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja. Ia harus dibantu refleks
oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak akan mendapatkan ASI
yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.
Refleks
oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pikiran, perasaan dan
sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi refleks ini. Perasaan ibu dapat
meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran oksitosin. Hormon ini akan
menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat susu mengerut atau
berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran produksi ASI dan
mengalir siap untuk dihisap oleh bayi.
Selain
hormon pada ibu dalam proses laktasi, pada bayi pun terjadi 3 macam refleks
pada proses tersebut, yaitu :
1)
Rooting
reflex, yaitu
refleks mencari putting Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah
sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk
mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan
areola.
2) Suckling
reflex, yaitu refleks menghisap. Refleks terjadi karena rangsangan puting
pada pallatum durum bayi bila aerola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan
puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit, sehingga menekan sinus
laktiferus yang berada di bawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik
yang mengalirkan ASI keluar atau ke mulut bayi.
3) Swallowing
reflex, yaitu refleks menelan ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot
menelan. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai menghisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat.
e. Faktor-faktor
yamg mempengaruhi produksi ASI
Faktor – faktor yang mempengaruhi
produksi ASI ini dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor ibu dan faktor bayi.
1) Faktor Bayi
a) Faktor fisik dan kesehatan bayi
Faktor
fisik serta kesehatan bayi yang mempengaruhi produksi ASI adalah kurangnya usia
gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan, sehingga mempengaruhi refleks hisap
bayi (Wight, 2003 dalam ILCA, 2008). Kondisi kesehatan bayi seperti kurangnya
kemampuan bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat
struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir sumbing, metabolisme atau
pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI, juga mempengaruhi produksi
ASI, selain itu semakin sering bayi menyusui dapat memperlancar produksi ASI
(Biancuzzo, 2000).
b)
Tingkah laku bayi
Tingkah
laku pada bayi mempengaruhi produksi ASI pada ibu. Bayi yang
terpapar
obat anestesi dari ibu melalui plasenta akan tertidur. Bayi yang tertidur tidak
akan menyusu pada ibunya sehinga tidak terjadi isapan pada payudara yang
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk menstimulus produksi ASI.
(Hockenberry, 2009).
2)
Faktor
Ibu
Faktor
ibu yang mempengaruhi produksi ini dibagi menjadi 3 yaitu faktor fisik ibu,
faktor psikologis serta sosial budaya.
a)
Faktor
fisik
Faktor fisik ibu yang mempengaruhi
produksi ASI adalah adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara
hipoplastik. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu-
ibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak memproduksi
ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua (Biancuzo, 2000).
Produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. Ibu yang
menyusui membutuhkan 300 – 500 kalori tambahan selama masa menyusui
(Lowdermilk, 2006). Asupan yang kurang dari 1500 kalori perhari dapat
mempengaruhi produksi ASI (King, 2003). Asupan cairan yang cukup 2000 cc
perhari / ± 8 gelas perhari dapat menjaga produksi ASI ibu (Pilitteri, 2003).
b)
Faktor
Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi
kurangnya produksi ASI antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress,
kacau, marah dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta
pasangan kepada ibu (Lawrence, 2004). Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya
tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal
attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi
atau primipara (Mercer, 2004 dalam Alligood, 2008). Ibu – ibu dengan depresi
postpartum juga dapat mempengaruhi produksi ASI (ILCA, 2008).
c)
Faktor
Sosial Budaya
Adanya
mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang memasarkan susu
formula, serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi hal- hal yang dapat
mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta kesibukan sosial juga
mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI (Afiyanti, 2006).
3)
Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI
a) Inisisasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi
menyusu dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk menyusu, yaitu dengan
memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam
satu hingga 2 jam pertama masa kehidupannya (Pilitteri, 2003). Penelitian Fika
dan Syafiq (2003) dalam Roesli (2008), menunjukkan bayi yang diberi kesempatan
untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif dan
produksi ASI lancar.
b) Frekeunsi
menyusui
Kebiasaan
menyusui setiap dua-tiga jam menjaga produksi ASI tetap tinggi. Hal ini juga di
dukung jika ibu melakukan perlekatan yang benar, sehingga pengeluaran ASI
menjadi efektif (Gartner, 2005). Rata-rata bayi baru lahir menyusui adalah
10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau kadang lebih dari 18 kali (Lawrence,
2004).
c)
Lamanya
menyusui
Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Suradi, 2004 ; Poedianto , 2002).
f. Masalah
Saat Menyusui
Kegagalan
dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik
masalah pada ibu maupun pada bayi. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui
dapat timbul sejak sebelum persalinan, pada masa pasca persalinan dini, dan
masa pasca persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula disebabkan karena
kelainan khusus. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi,
sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering
diinterpretasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya
(Suradi, 2004). Rosita (2008) mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah yang
dapat menghambat proses menyusui. Permasalahan yang sering terjadi dan cara
mengatasinya antara lain :
1) Puting mengalami perlukaan
(puting lecet dan nyeri)
Keadaan seperti ini sering
terjadi pada ibu menyusui, dikarenakan kesalahan teknik melepaskan puting dari
mulut bayi setelah selesai menyusui. Perawatan payudara yang tidak benar juga
mengakibatkan puting lecet karena membiarkan puting dalam keadaan basah dan
akan menumbuhkan kuman dan menimbulkan infeksi serta lecet.
2) Payudara mengalami
pembengkakan
Payudara yang bengkak biasanya
dikarenakan bayi tidak sering menyusu atau bayi malas menyusu mengakibatkan ASI
menumpuk didalam payudara.
3) Bentuk
putting melekat ke dalam (retracted nipple)
Masalah rectracted nipple sering
terjadi pada ibu menyusui, penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Kemungkinan karena bawaan bentuk payudara sejak lahir.
4)
Saluran
untuk keluarnya ASI tersumbat
Saluran ASI yang tersumbat akan
mengakibatkan terjadinya benjolan pada salah satu bagian payudara, misalnya ada
benjolan di atas atau di bawah payudara. Biasanya karena aliran darah yang
tidak lancar ataupun karena payudara jarang dihisap oleh bayi.
g. Penilaian
produksi ASI
Produksi
ASI merujuk pada volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI yang telah diproduksi
disimpan di dalam gudang ASI. Selanjutnya ASI dikeluarkan dari payudara
kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya ASI yang dikeluarkan oleh payudara dan
diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan produksi ASI (Lawrence 2004).
Penilaian
terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk
mengetahui keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2- 3 hari
pertama kelahiran, diantaranya adalah sebelum disusui payudara ibu terasa
tegang, ASI yang banyak dapat keluar dari putting dengan sendirinya, ASI yang
kurang dapat dilihat saat stimulasi pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang
keluar, bayi baru lahir yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam
minimal 6-8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka
bayi tertidur atau tenang selama 2- 3 jam (Bobak, Perry & Lowdermilk, 2005;
Perinasia, 2004; Cox, 2006).
Indikator
lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah karakteristik
dari BAB bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang berwarna hijau
pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium, BAB ini berasal dari
saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion (Hockenberry, 2009)
Pola
eliminasi bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum
ASI, umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan adalah berwarna
kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat, sedangkan bayi
yang mendapatkan susu formula, umumnya pola BABnya hanya 1 kali sehari, BAB
berwarna putih pucat (Matteson, 2001).
2.
Pijat
Oksitosin
Pijat
oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk merangsang
hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk
meningkatkan hormone oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI
otomatis keluar (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009).
Penelitian yang dilakukan Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet
dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI.
Pijat
oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let
down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007).
Langkah-langkah
melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007):
a.
Melepaskan
baju ibu bagian atas.
b.
Ibu
miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal. Adapun posisi alternatif
lain yaitu posisi telingkup di meja dan telungkup di sandaran kursi
Gambar
2.2
Posisi pijat
oksitosin .
c.
Memasang
handuk.
d.
Melumuri
kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil.
e.
Memijat
sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan,
dengan ibu jari menunjuk kedepan.
f.
Menekan
kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar
kecil-kecil dengan ibu jarinya.
Gambar
2.3 Ilustrasi Pijat Oksitosin
g.
Pada
saat yang bersamaan, memijat sisi tulang belakang ke arah bawah, dari leher ke
arah tulang belikat, selama 2-3 menit.
Gambar
2.4 Area Pijat Oksitosin
h.
Mengulangi
pemijatan hingga 3 kali.
i.
Membersihkan
punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.
Gambar
2.5
Variasi
pijat oksitosin
Boleh nggak minta referensi lengkapnya ? Butuh banget buat tugas :'(
BalasHapusmbak untuk lamanya pijat oksitosin sampai ASI keluar lancar kira-kira menurut referensi berapa hari ?
BalasHapus